Sunday, August 7, 2016

Rina (2)


Rina menjadi teman pertamaku di Sekolah Dasar Negeri Inpres Gunung Ekor Lubuk Padang Panjang Timur. Setiap hari kami berjalan kaki ke sekolah. Jarak antara rumahku dan sekolah sekitar 2 km. Pada masa itu kebanyakan anak-anak mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan SMP berjalan kaki ke sekolah.
Angkot dan kendaraan bermotor masih merupakan barang mewah. Hari senin hingga sabtu menjadi ritual gerak jalan masal kami menuju sekolah. Tak pernah terbayang saat itu bahwa jalan kaki ketika berangkat dan pulang sekolah setiap hari menjadikan mental dan fisik kami begitu kuat pada akhirnya.

Aku dan Rina tinggal berdekatan rumah, posisinya berada dekat dengan rumah salah satu nenekku, Nenekku berenam bersaudara dan semuanya perempuan. Rumah mereka berjejer, berdekatan mulai dari nenek yang tua sampai yang bungsu dan hanya berjarak 3 sampai 4 meter. Rumah Rina berada pas depan rumah nenek yang nomer empat, nenekku ini biasa kami panggil dengan nama “Nenek Manis”. Nama dan wajah nenek Manis semanis es yang beliau buat. Suatu hari aku dan Rina yang akan membawa tabung-tabung es-yang di titip pada beberapa warung-warung kecil sepanjang perjalannan kami pergi ke sekolah. Awal di mana kami mengerti dan paham bahwa cuaca panas dan hujan adalah penentu senyum kami mengembang atau tidak.

Hampir setiap pagi Rina selalu menghampiriku di warung nenek untuk berangkat ke sekolah bersama-sama. Selambat apapun diriku, dia dengan setia menunggu di depan pintu warung menantikan aku selesai sarapan. Kadang aku menyuruhnya untuk berangkat saja lebih dahulu, jika kulihat wajah teman kecilku itu tampak cemberut dan kusut, matanya yang bulat seperti buah jengkol seakan melotot kesal padaku. Baru kuketahui di kemudian hari bahwa Rina cemberut bukan karena kelambatanku, tapi karena uangnya kerap kali hilang dan baru ia ketahui setelah akan berangkat ke sekolah. (BERSAMBUNG)

No comments:

Post a Comment

Mohon saran atau apresiasinya :)